-->

Sunday, May 3, 2020

Antara Ki Hadjar Dewantara dan Nadiem Makarim

Oleh: Ahmad Fajar Ramadhan

Ki Hadjar Dewantara selama era kolonialisme Belanda, beliau dikenal karena berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda pada masa itu, yang hanya memperbolehkan anak-anak kelahiran Belanda atau orang kaya yang bisa mengenyam bangku pendidikan. Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap tanggal 2 Mei, bertepatan dengan hari ulang tahun Ki Hadjar Dewantara, pahlawan nasional yang dihormati sebagai bapak pendidikan nasional di Indonesia.

Kritiknya terhadap kebijakan pemerintah kolonial menyebabkan beliau diasingkan ke Belanda, dan beliau kemudian mendirikan sebuah lembaga pendidikan bernama Taman Siswa setelah kembali ke Indonesia. Filosofinya, tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), digunakan sebagai semboyan dalam dunia pendidikan Indonesia. Ki Hadjar Dewantara diangkat sebagai menteri pendidikan setelah kemerdekaan Indonesia. Sebagai menteri pendidikan, Ki Hadjar Dewantara diangkat menjadi Menteri Pengajaran Indonesia (posnya disebut sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan) yang pertama. Pada tahun 1957, beliau mendapat gelar doktor kehormatan (Doctor Honoris Causa) dari Universitas Gadjah Mada. Atas jasa-jasanya dalam merintis pendidikan umum, beliau dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan hari kelahirannya dijadikan Hari Pendidikan Nasional (Surat Keputusan Presiden RI no. 305 tahun 1959, tanggal 28 November 1959).

Perhatian dan kontribusi terhadap pendidikan Indonesia melalui jabatan dalam pemerintahan, di era milenial sosok Ki Hadjar Dewantara bertransformasi menjadi Nadiem Makarim yang juga Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada Kabinet Indonesia Maju pemerintahan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Joko Widodo-K.H Ma'ruf Amin. Nadiem Makarim sebelum menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI adalah seorang pengusaha yang menjabat direktur utama Gojek (perusahaan teknologi asal Indonesia yang melayani angkutan melalui jasa ojek). 

Pada 22 Oktober 2019, Nadiem dipanggil secara resmi menyatakan bahwa dirinya mengundurkan diri sebagai Direktur Utama Gojek setelah pagi harinya dipanggil oleh Presiden Joko Widodo ke Istana Negara. Pada 23 Oktober 2019, Presiden Joko Widodo mengumumkan kabinet menterinya dengan Nadiem sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim membuat gebrakan dengan mencanangkan kebijakan "Merdeka Belajar" yang salah satunya menghapus Ujian Nasional (UN). Namun, dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi X DPR RI pada 12 Desember 2019, Nadiem Makarim mengklarifikasi istilah "menghapus" Ujian Nasional yang ramai di pemberitaan. Nadiem Makarim mengatakan tidak menghapus Ujian Nasional tetapi hanya menggantinya dengan sistem baru.

Menurut Nadiem Makarim, esensi kemerdekaan berpikir harus didahului oleh para guru sebelum mereka mengajarkannya pada siswa-siswi. Nadiem Makarim menyebut, dalam kompetensi guru di level apapun, tanpa ada proses penerjemahan dari kompetensi dasar dan kurikulum yang ada, maka tidak akan pernah ada pembelajaran yang terjadi. Program kebijakan baru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nadiem Makarim tentang Merdeka Belajar ini selaras dengan 2 tulisan kolom Ki Hadjar Dewantara yang berjudul “Een voor Allen maar Ook Allen voor Een" atau "Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga" dan “Als ik een Nederlander was” atau "Seandainya Aku Seorang Belanda".

Sewaktu pemerintah Hindia Belanda berniat mengumpulkan sumbangan dari warga, termasuk pribumi, untuk perayaan kemerdekaan Belanda dari Prancis pada tahun 1913, timbul reaksi kritis dari kalangan nasionalis, termasuk Ki Hadjar Dewantara. Beliau kemudian menulis "Een voor Allen maar Ook Allen voor Een" atau "Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga". Namun kolom Ki Hadjar Dewantara yang paling terkenal adalah "Seandainya Aku Seorang Belanda" (judul asli: "Als ik een Nederlander was"), dimuat dalam surat kabar De Expres pimpinan Douwes Dekker, 13 Juli 1913. Isi artikel ini terasa pedas sekali di kalangan pejabat Hindia Belanda. Akibat tulisan-tulisan kolomnya itu beliau ditangkap atas persetujuan Gubernur Jenderal Idenburg dan akan diasingkan ke Pulau Bangka (atas permintaan sendiri). Namun demikian kedua rekannya, Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo, memprotes dan akhirnya mereka bertiga diasingkan ke Belanda (1913).

Korelasi antara tulisan kolom Ki Hadjar Dewantara dan program kebijakan Merdeka Belajar dari Nadiem Makarim ini yaitu pada konsep kemerdekaan dalam hal memperoleh pendidikan. Sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 pada alinea ke-4 yaitu salah satu tujuan bangsa Indonesia adalah Mencerdaskan Kehidupan Bangsa. Dalam hal ini mencerdaskan kehidupan bangsa harus diartikan secara mendalam dan menyeluruh. Artinya bahwa pendidikan seharusnya tidak hanya dijadikan sebuah alat untuk menaikkan derajat sosial ekonomi saja, namun harus dapat menjadikan manusia sebagai manusia yang terdidik dan berkompetensi dalam menjawab tantangan zaman. Demikian, semoga dapat menjadi sumbangsih bagi kemajuan pendidikan di Indonesia demi memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia. Selamat Hari Pendidikan.

HIMA JPE merupakan sebuah organisasi mahasiswa selingkup jurusan yang menaungi aspirasi, minat dan bakat mahasiswa jurusan pendidikan ekonomi universitas negeri surabaya.

0 comments:

Post a Comment

Contact

Send Us A Email

Address

Contact Info

Sekretariat HIMA JPE FE Unesa Gedung G11, Universitas Negeri Surabaya. Surabaya - Jawa Timur | Indonesia.

Address:

Jl. Ketintang, Surabaya

Phone:

+6281335684810 (Haidar)

Email:

himajpeunesa@gmail.com